Header Ads

Tentang Program Magang untuk Mahasiswa di Asian Games 2018


Jakarta - Panitia Penyelenggara Asian Games 2018 (INASGOC) akan merekrut 560 mahasiswa untuk ambil bagian dalam aspek penyiaran. Ada 1.845 mahasiswa yang mendaftar.

Asian Games di Jakarta-Palembang akan bergulir 18 Agustus sampai 2 September 2018 mendatang. Ini merupakan kali kedua Indonesia menjadi tuan rumah ajang olahraga multicabang se-Asia tersebut.

Perhelatan Asian Games ini mengusung target empat kesuksesan yakni di bidang administrasi, penyelenggaraan, ekonomi, dan prestasi. Selain itu, tak kalah penting, ajang ini diharapkan bisa meninggalkan legacy untuk generasi muda.

Hal itulah yang mendorong munculnya program magang Broadcast Legacy Asian Games 2018, yang bekerja sama dengan ahli-ahli dari International Games Broadcast Services (IGBS), sebuah perusahaan asal Swiss, untuk memproduksi siaran Asian Games 2018.

IGBS memiliki pengalaman memproduksi siaran televisi olahraga, di antaranya pada Asian Games 2006, 2010, dan 2014. Mereka juga bakal bertanggung jawab untuk broadcast Piala Dunia Rusia 2018.

Direktur Broadcast INASGOC Linda Wahyudi mengatakan dari program ini sudah ada 1.845 mahasiswa yang mendaftar dari 10 universitas di Jakarta, Palembang, dan Bandung. Pendaftaran sudah ditutup sejak 20 Februari.

"Dari jumlah itu, pada 27 Maret nanti kami bersama ahli-ahli dari IGBS akan menyeleksi mereka menjadi 560 orang mulai 27 Maret mendatang," kata Linda.

Penyeleksian akan berlangsung satu bulan, sebelum kemudian 560 mahasiswa yang terpilih akan mulai diuji cobakan dan dibagi ke beberapa posisi serta ditempatkan di tiga lokasi yakni Jakarta, Palembang, dan Bandung.

"Kan ada 11 posisi, dari mulai asisten kameramen hingga asisten editor, termasuk bagian teknik," ungkap dia.

"Bahkan untuk bagian teknik listrik itu sudah bisa mulai bekerja pada Juni mendatang. Kemudian interior juga bisa mulai me-setting International Broadcast Center (IBC) di JCC. Tergantung mereka ditempatkan di mana."

"Uji coba perlu dilakukan supaya saat game time sudah terbiasa. Karena ini tidak bisa sembarangan dan mereka akan mendapat sertifikat," tuturnya.

Terkait penyiaran, dalam kerjasama bersama IGBS, pihak Linda sudah mulai meninjau JCC yang akan dijadikan sebagai International Broadcast Centre (IBC). Pada tanggal 4 Juni mendatang timnya berencana mulai melakukan pengerjaan instalasi di IBC, termasuk mengatur tata letak sesuai jumlah broadcaster yang akan datang.

"Jadi lebih ke pengaturan tempat dan kabel karena nanti akan dibuat seperti panggung yang di bagian dalamnya ada kabel. Pengerjaan sekitar satu bulan, setelah itu baru pemasangan cabin untuk yang di area luar IBC," ucap Linda.

Menurut Linda, hal ini penting karena waktu yang tersisa tak cukup banyak. Apalagi mulai 1 Agustus negara-negara yang membeli hak siar sudah mulai datang ke Indonesia untuk mengatur tata letak kebutuhan penyiarannya.

Test event Asian Games lalu sempat memunculkan insiden korsleting listrik di venue Hall A Basket Senayan. Hal itu menjadi perhatian tersendiri sehingga Linda menggarisbawahi pentingnya aspek kelistrikan. Selain itu, tak kalah penting, aspek komunikasi terkait dengan kebutuhan penyiaran khususnya live streaming.

Menurutnya, Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan Telkom Indonesia sudah bekerja ekstrakeras agar Asian Games nanti bisa berjalan semulus mungkin, walaupun dia masih perlu jaminan yang lebih pasti khususnya saat upacara pembukaan dan penutupan.

"Karena daya listrik yang dibutuhkan sangat besar dan harus kontinu. Tidak bisa kemudian mati listrik. Bisa dibayangkan jika mati listrik saat opening dan untuk menyalakan lagi butuh waktu paling cepat 10 menit meski ada genset. Itu yang masih membuat kami khawatir. Jadi kami memang masih perlu jaminan yang pasti meski sebelumnya PLN sudah memberikan," tuturnya.


sumber: detik.com
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.